Friday, April 27, 2007

Di antara pengharapan dan rasa takut

Ada sebuah hadits yang dapat menjaga kita tetap optimis namun juga selalu waspada, menjaga keseimbangan antara pengharapan (raja') atas rahmat Allah Ta'ala dan rasa takut (khauf) akan 'adzab-Nya.

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda:

ما من عبد مؤمن إلا وله ذنب يعتاده الفينة بعد الفينة أو ذنب هو مقيم عليه لا يفارقه حتى يفارق الدنيا إن المؤمن خلق مفتنا توابا نساء ؛ إذا ذكر ذكر

"Tidaklah seorang hamba kecuali ia memiliki dosa yang berulang-ulang ia lakukan, dari waktu ke waktu, atau dosa yang terus ia lakukan - tidaklah meninggalkannya hingga ia meninggalkan dunia. Sesungguhnya seorang mu'min diciptakan muftannan, tawwaban, nassaa-an, ketika ia diingatkan, ia pun ingat." (HR. ath-Thabrani dalam Mu'jam al-Kabiir)

Muftannan = ia akan terus diuji
Tawwaban = ia akan terus bertaubat
Nassaa-an = ia akan terus lupa

Lihat penjelasannya di:

http://muslimmatters.org/2007/04/03/pearls-from-the-sunnah-1/

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang terus bertaubat dan teringat ketika terlupa.

Sunday, April 15, 2007

Saat-saat terakhir Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam

Ada kisah yang beredar mengenai pesan terakhir Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam tersebut. Disebutkan bahwa beliau perpesan "Ummatii ummatii" yang menunjukkan perhatian beliau terhadap umat beliau. Juga disebutkan bahwa yang menemani beliau di saat-saat terakhirnya adalah putri beliau, Fathimah az-Zahrah radhiyallahu 'anha. Namun sumber kisah itu tidak disebutkan dan malah bertentangan dengan yang diriwayatkan dalam hadits-hadits shahih.

Perhatian beliau terhadap umat ini sangat jelas dan beliau pun dinyatakan Allah Ta'ala sebagai rahmat bagi sekalian alam karena risalah yang beliau bawa membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya. Bukan itu yang dipermasalahkan. Masalahnya adalah:
  • otentisitas sejarah sangat perlu dan tidaklah dapat dicapai kecuali melalui riwayat-riwayat yang valid
  • penisbatan suatu ucapan kepada Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam adalah perkara besar dan berdusta atas nama beliau diancam dengan sangat keras. Beliau bersabda (yang artinya): "Barangsiapa berdusta atas namaku maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka." (HR. Muslim)
Dalam riwayat-riwayat yang shahih menjelang wafat, beliau Shallallahu 'alayhi wa Sallam berpesan mengenai tauhid, mengingatkan agar umat ini tidak mengikuti jejak umat sebelumnya yang berlebih-lebihan memuliakan nabi mereka. Sedangkan saat-saat terakhir beliau adalah di pangkuan istri beliau, 'Aisyah bint Abi Bakr radhiyallahu 'anhuma.

Dari Jundab bin Abdullah Al-Bajali radhiyallahu 'anhu, bahwa ia berkata, “Lima hari sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam meninggal, aku mendengar beliau bersabda (yang artinya):

“Sesungguhnya aku telah meminta kepada Allah agar aku mempunyai khalil di antara kalian, karena Allah telah menjadikan aku sebagai khalil(Nya) sebagaimana Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai khalil(Nya). Seandainya aku (dibolehkan) mengambil seorang khalil dari umatku, tentu aku menjadikan Abu Bakar sebagai khalil(ku). Ingatlah sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan-kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid-masjid. Ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid-masjid, sesungguhnya aku melarang kalian melakukan itu” (HR. Muslim)

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Ketika Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam berada dalam keadaan sehat, beliau pernah bersabda, 'Sesungguhnya seorang nabi tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga lalu ia dipersilakan untuk memilih.'

Aisyah berkata, "Ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah, sementara kepala beliau berada di pangkuan saya, maka Rasulullah pingsan beberapa saat. Tak lama kemudian ia sadar kembali.

Setelah itu, beliau tatap pandangan ke atas sambil mengucapkan, "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku, Allah Yang Maha Tinggi!"

'Aisyah berkata, "Dengan demikian, Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam tidak memilih untuk hidup lebih lama lagi bersama kami."

'Aisyah pernah berkata, "Saya teringat ucapan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat, 'Sesungguhnya seorang nabi tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga. Setelah itu, ia pun dipersilakan untuk memilih."

'Aisyah juga berkata, "Itulah kata-kata terakhir yang pernah beliau ucapkan, yaitu 'Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku Yang Maha Tinggi." (HR. Muslim)

Semoga dapat bermanfaat. Allahu Ta'ala a'lam.

Seseorang itu bersama orang yang ia cintai

SESEORANG ITU BERSAMA ORANG YANG IA CINTAI
Oleh : asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di رحمه الله

Dari Abu Musa al-Asy'ari رضي الله عنه, ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

"Seseorang itu bersama orang yang ia cintai." [Muttafaqun 'alaihi]

Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menguatkan cinta kepada para Rasul dan ittiba' kepada mereka sesuai dengan tingkatan-tingkatannya, serta tahdzir (peringatan) dari cinta kepada lawan mereka. Karena sesungguhnya cinta (al-Mahabbah) merupakan tanda kuatnya hubungan antara orang yang mencintai dengan yang dicintai, dan kesesuaiannya dengan akhlak orang yang dicintai serta tanda bahwa ia mengikuti orang yang dicintainya itu. Yang demikian merupakan tanda adanya al-Mahabbah dan merupakan pembangkit al-Mahabbah.

Dan juga, barangsiapa yang mencintai Alloh ta'ala maka rasa cintanya tersebut merupakan sebesar-besar hal yang mendekatkan dirinya kepada Alloh. Karena sesungguhnya Alloh تعالى Maha Mensyukuri, Dia membalas orang yang mendekatkan diri kepada-Nya lebih besar -dengan balasan yang belipat ganda- daripada yang dilakukan orang tersebut. Dan termasuk syukur Alloh تعالى adalah : mempertemukannya dengan orang yang dicintainya, walaupun amalan orang yang mencintai itu sedikit. Alloh berfirman :

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقًا

"Barangsiapa menta'ati Alloh dan Rasul, maka mereka bersama orang-orang yang telah Alloh beri nikmat kepada mereka dari para Nabi, para orang yang Shiddiq, para Syuhada' dan orang-orang sholeh, dan mereka adalah sebaik-baik teman." [QS an-Nisa : 69]

Oleh karena itu Anas رضي الله عنه berkata :

مَا فَرِحْنَا بِشَيءٍ فَرِحْنَا بِقَولِهِ صلى الله عليه وسلم : " المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ. قَالَ: فَأَنَا أَحَبَّ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَأَبَا بَكَرٍ، وَعُمَرَ، فَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ مَعَهُمْ

"Kami tidak pernah bergembira sebagaimana gembiranya kami dengan sabdanya صلى الله عليه وسلم : "seseorang itu bersama orang yang ia cintai", Anas berkata : "Aku mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم, Abu Bakar dan Umar. Dan aku berharap dapat bersama mereka." [1]

Dan Alloh berfirman :

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ

"surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang sholeh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu." [QS. ar-Ro'du : 23]

Dan Alloh berfirman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ

"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka." [QS. ath-Thur : 21]

Dan ini merupakan kenyataan, jika seseorang mencintai orang-orang yang baik, engkau melihat ia termasuk mereka, ia bersemangat untuk menjadi seperti mereka. Dan jika seseorang mencintai orang-orang yang buruk, ia termasuk mereka, dan ia beramal seperti amalan mereka.

Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda :
ا
لْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ

"(Agama) seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa kalian berteman dekat." [2]

ومثل الجليس الصالح، كحامل المسك: إما أن يَحْذيك وإما أن يبيعك، وإما أن تجد منه رائحة طيبة، ومثل الجليس السوء كنافخ الكِيْر: إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه رائحة خبيثة

"Permisalan teman duduk yang baik/ sholeh seperti pembawa misk, mungkin ia akan memberimu, atau menjualnya kepadamu atau mungkin engkau akan mendapati darinya bau yang wangi. Dan permisalan teman duduk yang buruk seperti peniup bara api, mungkin ia akan membakar pakaianmu dan mungkin engkau akan mendapati darinya bau yang tidak sedap." [3]

Dan jika ini adalah dalam cinta antara sesama makhluk, maka bagaimana dengan orang yang cinta kepada Alloh dan mendahulukan cinta dan takutnya di atas segala sesuatu? Sesunguhnya ia bersama Alloh, dan telah menghasilkan pendekatan yang sempurna dari-Nya. Yaitu kedekatan orang yang saling mencintai, dan Alloh bersamanya. Maka :
إ
ِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

"Sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." [4]

Dan macam-macam kebaikan yang paling tinggi adalah kecintaan kepada Ar-Rohim Al-Karim Ar-Rohman dengan cinta yang disertai dengan pengetahuan tentang-Nya.

Maka kita memohon kepada Alloh agar memberi rizki kepada kita dengan kecintaan kepada-Nya dan kepada orang yang mencintainya serta kecintaan kepada amal yang bisa mendekatkan untuk cinta kepada-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Dermawan (الجواد) dan Maha Pemurah (الكريم). Dan Taufiq hanya milik Alloh.

***

[Diterjemahkan dari kitab Syarh Jawami'il Akhbar karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, hadits ke-84, sumber : http://sahab.org. Catatan kaki oleh Abu SHilah]

——————————-
Catatan Kaki :

[1] HR. al-Bukhori (3485), Muslim (2639), Ahmad (13395), Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1336) dan Ibnu Mandah dalam Kitabul Iman (1/439).

[2] HR. Ahmad (8398), Abu Dawud (4833), at-Tirmidzi (2378), Ahmad (8389), al-Hakim (7319), ath-Thoyalisi (2573), al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman (9436, 9438, ), Abu Nu'aim dalam al-Hilyah (3/165), Ishaq bin Rohawaih dalam Musnad-nya (351), Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1431), dll.

[3] Kami belum menemukan hadits ini dengan lafadz ini -Wallahu A'lam-, akan tetapi banyak riwayat-riwayat lain yang semakna dengan lafadz ini, seperti :

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

"Permisalan teman duduk yang sholeh dan teman duduk yang buruk adalah seperti pembawa misk (sejenis minyak wangi, pent) dan peniup bara api. Orang yang membawa misk, mungkin ia akan memberimu (misk) atau engkau membeli darinya atau engkau akan mendapatkan darinya bau wangi. Adapun peniup bara api, mungkin ia akan membakar bajumu atau engkau akan mendapatkan bau yang tidak sedap."

[HR. al-Bukhori (5214), Muslim (2628), dll]

[4] QS an-Nahl : 128.

Dari:

http://tholib.wordpress.com/2007/04/08/seseorang-itu-bersama-orang-yang-ia-cintai-2/

Mengapa percakapan ponsel orang lain mengganggu?

Saya tidak punya akses ke full paper-nya tapi dari abstraknya cukup menarik. Saya jadi teringat sebuah hadits yang melarang dua orang berbicara sedangkan ada orang ketiga yang tidak mengerti. Namun saya lupa redaksi lengkapnya.

----------------------------------------------
A. Monk, E. Fellas, and E. Ley, "Hearing only one side of normal and mobile phone conversations", Journal Behaviour & Information Technology, vol. 23 no. 5, pp. 301-305, Taylor & Francis, 2004. (doi 10.1080/01449290410001712744)

Abstract

Mobile (cell) phone conversations are commonly perceived as annoying when conducted in a public space. An experiment is described that demonstrates one factor contributing to this phenomenon: hearing only one side of a conversation makes it more noticeable and intrusive. Two actors repeatedly staged the same conversation under three conditions: cell phone; normal, co-present both audible, and co-present only one audible. After the staged conversation, which took place on a train, a third person obtained verbal ratings from members of the travelling public. As in a previous experiment published in this journal, the cell phone conversation was rated as more noticeable and intrusive than the normal co-present both audible conversation. Critically, a new experimental condition, co-present one-audible, in which both actors were present but only one side of the conversation was heard, produced ratings equivalent to the cell phone condition. This 'need-to-listen' effect is discussed with regard to implications for design and theories of language use.
----------------------------------------------

Pengumuman Donasi Dakwah: Pencetakan dan Penyebaran Gratis Buku “Mungkinkah Sunnah dan Syiah Bersatu?”

Dari:

http://muslim.or.id/2007/03/12/pengumuman-donasi-dakwah-pencetakan-dan-penyebaran-gratis-buku-mungkinkah-sunnah-dan-syiah-bersatu-2/

Sesungguhnya pertarungan antara kebenaran dan kebatilan masih senantiasa berkobar semenjak diusirnya Iblis dari surga. Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hari demi hari terus diserang oleh musuh-musuh dari luar dan dari dalam. Salah satu musuh dalam selimut yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini adalah orang-orang yang berusaha mendiskreditkan generasi terbaik umat ini yaitu para sahabat radhiallahu ta’ala ‘anhum.

Mereka tidak malu untuk mencela Abu Hurairah, mereka tidak segan untuk mencaci maki dua orang sahabat terbaik Abu Bakar dan ‘Umar – semoga Allah meridhai mereka semua. Padahal Allah ta’ala telah menegaskan di dalam kitab-Nya yang mulia tentang kemuliaan derajat mereka,

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan orang-orang terdahulu dan pertama-tama berjasa kepada Islam yaitu kaum Muhajirin dan Anshar beserta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik maka mereka itu telah mendapatkan keridhaan Allah, dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah mempersiapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya, itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. At Taubah: 100)

Maka setiap muslim yang masih memiliki rasa cemburu terhadap agamanya tentu tidak akan tinggal diam. Oleh sebab itu, tergerak untuk menyebarkan pemahaman yang benar tentang para sahabat secara khusus dan metode yang benar dalam beragama secara umum maka Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsary Yogyakarta bersama para ustadz mengajak kaum muslimin sekalian untuk terlibat dalam penerbitan dan penyebaran buku gratis yang berjudul:

“Mungkinkah Sunnah Dan Syi’ah Bersatu”
Karya: Syaikh Muhibbudin Al-Khathib
Alih Bahasa: Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Disertai dengan tulisan:
“Biarkan Syi’ah Bercerita Tentang Agamanya”
Penyusun: Ustadz Abdullah Zain, Lc.

Yang insya Allah akan dibagikan secara gratis di masjid-masjid agar dibaca dan dipelajari oleh kaum muslimin sehingga akan menyelamatkan mereka dari kesesatan kaum Syi’ah.

Bentuk Buku:

Buku akan dicetak setebal kurang lebih 200 halaman ukuran 1/4 A4 (10,5 cm x 15 cm) dengan biaya cetak per buku sebesar Rp. 3.000,00. Sampul depan akan dibuat sebagaimana gambar berikut ini:

covsyiah.jpg

Cara Berpartisipasi:

Pembaca sekalian dapat berpartisipasi dengan mengirimkan donasi melalui rekening Donasi Dakwah pada rekening sebagai berikut:

  1. Bank Muamalat atas nama Satria Buana, 906 280 7699
  2. BCA atas nama Satria Buana, nomor rekening: 2951 825 893
  3. Bank Mandiri atas nama Satria Buana nomor rekening: 137 00 0503568 4

Setelah mengirimkan harap konfirmasi melalui sms atau telepon ke nomor: 0815 687 2536 (diharapkan dana yang difondasikan merupakan kelipatan Rp. 3.000,00 sesuai dengan biaya cetak per buku).

Informasi Lebih Lanjut:

Dapat menghubungi email: humas2_lbia@yahoo.com atau HP: 0815 687 2536

Saudara-saudaraku sekalian, semoga Allah menganugerahkan keikhlasan dan istiqomah kepada kita. Apa pun yang bisa kita infakkan di jalan-Nya maka itulah yang akan bermanfaat bagi kita. Tenaga, harta, kedudukan atau sarana apapun yang kita miliki merupakan pemberian Allah ta’ala. Kini tiba saatnya bagi kita untuk bahu membahu membersihkan akidah umat dari noda syirik dan penyimpangan. Kepada Allah-lah kita meminta pertolongan. Laa haula wa laa quwwata illa billaah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.

Perhatian:
Kami mohon kepada ikhwah sekalian untuk menyebarluaskan pengumuman ini kepada saudara-saudara kita yang lainnya, baik melalui milis-milis, weblog/blog pribadi, e-mail, dll.